My name Is Putra



Selamat Berkunjung diBlog saya " Counsultan putra "

Anugrah Tuhan Yang menciptakan Hambanya. dengan diberi kelebihan tangan untuk berkarya Serta Kemampuan Otak Untuk Berpikir

Jumat, 23 September 2011

RUMUS MENGHITUNG VOLUME

PEKERJA'AN PERSIAPAN ,GALIAN, DAN URUGAN





A.Pembersihan site atau lokasi tanah

  Cara Menghitung Volume :                   Keterangan :  V = Volume pembersihan lahan

V  = p x L                                                                  p  = Panjang lahan

       = 15 m1 x 8,5 m1                                               L  = Lebar lahan

       = 127,5 m2

B.Pengukuran dan pemasangan Bouwplank

   Cara menghitung volume untuk lokasi kosong :
      
  V = (p         +   2    ) x 2 + ( 1         + 2     ) x 2

     = ( 15 m1 + 2 m1 ) x 2 + (8,5 m1 + 2 m1) x 2

     = 55 m1

Cara menghitung volume untuk lokasi yang sekelilingnya telah terbangun :

  V = (p + l ) x 2                                              Keterangan  :

     = (1,5m1 + 8,5m1) x 2                                                   V = Volume Bouwplank

     = 47 m1                                                                          p = panjang bangunan

                                                                                            l  = lebar bangunan



C. Galian tanah pondasi

  Pondasi brukuran lebar tapak 80 cm, lebar atas 30 cm,tinggi 75 cm, dan panjang 48 cm.
  Cara menghitung volume pondasi bangunan adalah sbb :

VA = (a  +  b)  x h x p
               2

      = (0,80 m + 1 m) x 0,75 m  x 48 m1
                          2

     = 32,4 m3







 Pondasi pagar berukuran lebar 70 cm, lebar atas 30 cm,tinggi 60 cm,dan panjang 38,5 cm.
   Cara menghitung volume pondasi pagar adalah sebagai berikut.

   VA= (a  +  b) x h x p
                 2

        = (0,80 m + 1m) x 0,75 m x 48 m1
                      2

        = 32,4 m3


    Pondasi pagar berukuran lebar tapak 70 cm, lebar atas 30 cm, tinggi 60 cm, dan panjang 38,5 cm.
    cara menghitung volume pondasi pagar adalah SBB :

   VB= (a + b) x h
                2

        = (0,70m + 0,9m) x 0,60m  x 38,50
                 2

        = 21,56 m3

Jumlah total galian tanah pondasi :

    VT = VA + VB

          = 32,4 m3 + 21,56 m3

          = 53,96 m3

Keterangan :
                       Vt = Volume tanah galian total
 
                      VA = Volume Pondasi Bangunan

                      VB = Volume Pondasi pagar

                      a    = lebar galian pondasi bagian bawah

                      b    = lebar galian pondasi bagian atas

                      h   = tinggi galian pondasi

                      p = panjang galian pondasi



D. Urugan pasir dan tanah

1)  Urugan pasir dibawah pondasi
      Cara menghitung volume urugan Pondasi

      VA = h x b x p

            = 0,05 m x 0,8 m x 48 m1

            = 1,92 m3

Cara menhgitung Volume urugan pasir dibawah pondasi pagar :

      VA = h x b x p
      
           = 0,05 m x 0,8 m x 38,50 m1

           = 1,54 m3

Jumlah total volume urugan pasir dibawah pondasi :

       Vt = VA + VB                                                                   Keterangan :
            = 1,92 m3+ 1,54 m3                              

           = 3,46 m3                                                     

Rabu, 29 Juni 2011

PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI RUMAH TINGGAL SEDERHANA

PONDASI RUMAH TINGGAL SEDERHANA

SERI MEMBANGUN Artikel ini adalah artikel seputar konstruksi sederhana untuk rumah tinggal satu dan dua lantai. Artikel ini dimulai dari struktur sederhana pondasi yang biasa dipakai di rumah-rumah tinggal di Indonesia. Sistem struktur yang digunakan adalah pondasi batu kali dan beton.


Kegunaan pondasi sebagai struktur di bawah permukaan tanah berperan penting dalam menopang suatu bangunan agar meneruskan gaya dan segala arah ke tanah. Pondasi menjaga kestabilan bangunan terhadap berat bangunan itu sendiri dan gaya luar seperti angin, gempa, dan lain-lain. Pondasi juga memperkuat bangunan dari kerusakan merata karena penurunan tanah setempat dibawah pondasi lainnya.

Halaman ini memuat proses pembangunan salah satu rumah tinggal yang pernah kami kerjakan dan didokumentasikan dengan cukup lengkap untuk pengetahuan Anda.

Pondasi merupakan tumpuan dari keseluruhan berat bangunan beserta isinya, dimana keseluruhan beban ini akan disalurkan ke tanah di bawahnya. Jika tanah dan pondasinya kuat menahan semua beban bangunan, bangunan akan aman. Jika tidak kuat, maka pondasi dan dinding bisa patah.

Jenis pondasi dalam gambar ini adalah jenis pondasi batu kali yang biasa dipakai sebagai konstruksi pondasi untuk dinding bata. Dibawah ini adalah gambar detail potongan  pondasi. Pada kenyataanya, pondasi berbentuk lajur dan menopang dinding maupun kolom.

Gambar: Potongan gambar pondasi pada gambar kerja: terlihat disini pondasi footplat (beton) dengan garis putus-putus. Konstruksi pondasi tersebut digunakan bila rumah dua lantai. Bila satu lantai saja, cukup menggunakan pondasi batu kali. Konstruksi footplat harus dihitung melalui perhitungan beban dan di lapangan dibuat setelah kedalaman tanah keras diukur.

 
direksi keet; ruangan kecil tempat menyimpan alat-alat dan memampang gambar kerja di site pembangunan.
  
 proses mengukur pondasi
  
proses pondasi yang dilanjutkan dengan persiapan bekisting kolom
  
gambar foto detail pembangunan pondasi
  
 
Gambar pembuatan sloof diatas pondasi

Baca lebih lengkap: counsultantputra.blogspot.ቾም

PERENCANAAN PONDASI 


Pondasi merupakan sebuah elemen yang paling mendasar dari sebuah bangunan. maka pembangunan pondasi pun tidaklah boleh sembarangan dan menjadi kunci dari seluruh proses pembangunan selanjutnya. jika dalam tahap pondasi sudah terjadi kesalahan, mungkin bangunan pun tidak akan nyaman untuk di tinggali tetapi justru menjadi sumber masalah.

Tanah pun termasuk salah satu hal yang menjadi faktor penting pembangunan sebuah pondasi. karena sudah jelas, pondasi itu dibuat dan terletak di atas tanah. ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam pembangunan sebuah pondasi untuk sebuah bangunan.
1. Perhatikan lokasi dari tanah yang akan di bangun.

Tanah yang berlokasi di dekat pantai, dengan tanah yang berlokasi di daratan tinggi, tentunya memiliki perbedaan dalam hal pembangunan pondasi. sifat dari tanah yang berbeda lokasinya juga harus sangat diperhatikan. tanah lempung ataupun tanah yang lebih lunak tentunya tidak akan bisa untuk pembangunan pondasi yang baik.

2. Tentukan ketinggian dari bangunan yang akan di bangun.


hal ini juga dapat menyangkut jumlah lantai bangunan yang akan di bangun nantinya. agar bangunan kelak berfungsi dengan baik, tentunya kekuatan pondasi pun harus dapat menopang bangunan yang akan di bangun kelak.

3. Perhatikan pekerjaan pondasi.


Perhatikan jangan sampai pondasi memiliki pori-pori yang besar sehingga air dapat masuk dengan mudah. jika kondisi ini terjadi, maka pondasi harus di buat lebih rapat. agar air tidak masuk ke sela-sela pondasi dan menyebabkan pondasi menjadi lemah. karena pondasi yang lemah tidak akan kuat menahan penopang struktur bangunan dengan kuat.

BERAPA MENENTUKAN UKURAN PONDASI BATU КАЛИ

1. Berapa ukuran pondasi batu kali? Bagaimana merencanakan ukuran pondasi batu kali?

Lebar atas pondasi batu kali(a) =  lebar sloof + 2*5 км

Lebar bawah pondasi batu kali = 2*lebar атас

Tinggi pondasi adalah = lebar bawah atau lebih бесар

Lebar galian = lebar bawah pondasi + 2*10cm. 10 cm kiri dan kanan sebagai pijakan saat pengerjaan pasangan pondasi batu кали

Tebal aanstampang atau pasangan baru kosong = >20cm karena batu yang digunakan minimal diameter 20 cm dan dipasang berdiri yang sela-sela batu diisi pasir dan disiram hingga jenuh аэр

Tebal pasir urug bawah pondasi = minimal 7 км

Dalam galian = tinggi pondasi + tebal aanstampang + tebal pasir уруг

EJP.NANANG@YAHOO.COM

Jumat, 27 Mei 2011

Sloof Dan Keterkaitan Penahan Bangunan

Pembuatan sloof dan hubungannya dengan pondasi


CounsultantPutra.blogspot.com Dalam artikel ini saya ingin melanjutkan berbincang tentang proses pembangunan proyek dimana terdapat aspek-aspek yang mungkin perlu Anda ketahui selama sebuah proyek pembangunan rumah berjalan. Bila Anda berencana membangun atau ingin tahu bagaimana proses membangun rumah, dalam beberapa waktu kedepan saya ingin berbagi tentang beberapa aspek detail dalam pembangunan dalam sebuah proyek yang dikerjakan astudio. Kali ini masih seputar sloof bangunan.





Kondisi rumah ini sebelumnya merupakan rumah lama yang direnovasi total (dibongkar dan diganti baru). Konsekuensinya adalah terdapat material sisa yang bisa dimanfaatkan untuk tanah urug. Jadi dari tembok2 dan material lama bisa dipakai untuk meninggikan bangunan baru. Dalam foto ini terlihat tanah dibawah atau disekitar pondasi berupa tanah campuran dari bekas tembok yang dihancurkan. Bila genteng turut dihancurkan untuk tanah urug, maka sebaiknya dihancurkan dengan baik mengingat genteng pecahan mungkin menyimpan ruang udara sehingga malah mengurangi kualitas tanah urug. Bila tanah urugan dari tembok lama masih kurang, maka perlu ditambahkan tanah urug berupa sirtu. Tanah sirtu adalah tanah khusus untuk urug, dimana menurut pedoman kualitas biasanya bukan tanah organik yang berwarna hitam atau tanah liat yang susah dikeringkan.

Kondisi sloof dan pondasi di lapangan. Terlihat dalam foto saluran air bersih, air kotor dan WC sudah dipasang di lokasi pada saat pembuatan pondasi, jadi nanti waktu diurug semua saluran sudah fix. 

Pondasi untuk dua lantai dibuat dengan pondasi footplat untuk kondisi bangunan konvensional dua lantai. Metode ini paling banyak digunakan secara konvensional oleh masyarakat Indonesia, terutama di Jawa. Pondasi ini dibuat dengan menggali dan mengukur kedalaman tanah keras, dimana permukaan tanah keras dibutuhkan untuk meletakkan pondasi footplat sehingga bangunan dua lantai bisa berpijak dengan baik diatas tanah.


Gambar: ilustrasi pondasi rumah.
Sumber: Panduan Lengkap membangun Rumah Bertingkat oleh Gatut Susanta.

Untuk mengikat pondasi footplat dan kolom-kolom, dibutuhkan sloof yaitu balok dibawah lantai. Bila diatas sloof terdapat dinding, maka dibawahnya diberikan pondasi batu kali. Jadi pondasi batu kali dibutuhkan bila terdapat dinding bata diatasnya, bila tidak maka tidak dibutuhkan pondasi batu kali. Bila dibutuhkan meskipun tidak ada dinding batu bata, sloof kadang masih dibuat untuk mengikat kolom agar lebih kuat dan tidak bergeser.

Sloof yang diatasnya terdapat dinding, maka dibagian bawahnya ada pondasi batu kali. Untuk sloof yang berfungsi sebagai pengikat kolom, maka dibagian bawahnya tidak terdapat pondasi batu kali. 

Tentang besi untuk kolom dan pondasi, digunakan berbagai besi dengan spesifikasi dimensi 16, 12, 10 dan 6. Dimensi 16 dan 12 biasanya dibutuhkan untuk struktur utama dimana untuk besi asli dengan kode SNI biasanya dicantumkan semacam 'marking' dengan kode 'SO 12 SNI'. Biasanya didapat di toko besi yang memang mengenal kode ini. Untuk toko besi biasa, kadang pemilik/ penjaga toko masih ribet dengan beberapa kode ini.


Untuk besi pun memiliki berbagai spesifikasi seperti besi 'marking' sebagaimana diatas biasanya merupakan besi dengan standar SNI yang dianjurkan pemerintah baik untuk proyek pemerintah maupun swasta sehingga terdapat pertanggungjawaban mutu. Untuk besi tanpa 'marking' biasanya merupakan besi banci dengan ukuran lebih rendah dari spesifikasi asli yang disebutkan, dalam arti besi tersebut ukurannya kurang dari besi 16, besi 12, dan seterusnya.  Untuk besi ulir selalu memiliki ulir untuk memperkuat strukturnya.



Metode pengecoran besi pun berpengaruh pada kualitas besi dimana terdapat metode pengecoran bertangkup atau langsung pejal. Metode bertangkup artinya pengecoran dilakukan separuh dan separuh, kemudian baru ditangkupkan. Metode langsung pejal berarti besi dicor langsung secara pejal dalam cetakan. Yang langsung pejal memiliki kualitas lebih baik dari yang setangkup, dimana dalam kenyataan di lapangan, bisa dicek dengan memeriksa bagian pinggir besi apakah ada semacam tanda cetakan.

Batu kali yang biasa digunakan untuk pondasi batu kali.

Foto besi dengan marking SNI ukuran 12 untuk kolom. Jarak begel dengan ukuran besi 8 atau 6 berjarak sekitar 15 cm. Begel adalah besi pengikat yang dibuat persegi untuk mengikat besi kolom vertikal. 






Rabu, 18 Mei 2011

Pengerja'an Cor Beton Rumah

Tahap setelah cor beton dak lantai 2: pasangan dinding bata dan kusen


Dalam proses pembangunan dengan sistem konstruksi pembangunan konvensional menggunakan struktur beton bertulang dan tembok bata, setelah kita membuat dak beton cor untuk lantai 2, bisa menggunakan mesin molen besar ataupun molen kecil (pekerjaan yang berat untuk tukang), maka kita bisa melanjutkan dengan proses pembuatan dinding bata di bagian atas dak beton, meskipun bekisting (cetakan) dak beton belum dilepas, hal ini karena secara kekuatan sudah memadai untuk melanjutkan dengan pekerjaan pembuatan dinding bata. 





Seperti terlihat dalam foto, dinding bata mulai dibuat diatas struktur konstruksi bagian bawah yang sudah dibuat, dalam hal ini bisa kita lihat bahwa tulangan tulangan besi kolom juga sudah dibuat, dalam hal ini terlihat bahwa tulangan di bagian atas begelnya bisa dirakit dengan jarak lebih renggang daripada begel untuk tulangan kolom bagian bawah. Begel adalah besi pengikat berupa bentukan segi empat dari tulangan yang dipakai untuk mengikat tulangan yang arah vertikal. Selain itu, kusen-kusen jendela dan pintu bagian atas juga sudah disiapkan sedemikian rupa untuk dipasang begitu dinding bata juga sudah siap.
Pembuatan acian dibuat diatas dak beton untuk pembuatan dinding bata.



Pemindahan material dari bawah ke atas menggunakan crane / katrol sederhana buatan sendiri, dipakai untuk memindahkan pasir, bata, semen, dan material lainnya.


Kesalahan saat pengecoran seperti bagian yang tidak seharusnya di cor adalah pemborosan biaya karena harus dibongkar, sehingga musti hati-hati saat pengecoran.

Baca lebih lengkap: astudioarchitect.com: Tahap setelah cor beton dak lantai 2: pasangan dinding bata dan kusen http://astudioarchitect.com/2011/05/tahap-setelah-cor-beton-dak-lantai-2.html#ixzz1Mi7oI1qv

Beberapa Hal Penting dalam Konstruksi Rumah

Kolom dalam konstruksi rumah tinggal sederhana


Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.

Column function is as a successor of forces of the entire building into the foundation. When compared, columns are like human skeleton that ensure a building to stand. Columns are including the main structure to carry the heavy burden of building and others like life load (humans and goods), and wind loads. Columns are very having important function, so that the building does not easily collapse.

Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar  dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.

Gambar: gambaran struktur kolom menggunakan beton bertulang. Pada dasarnya merupakan rangka yang menopang beban seluruh bangunan.

Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

Letak kolom dalam konstruksi
Kolom portal harus dibuat terus menerus dan lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama.

Ilustrasi letak kolom-kolom dalam gambar kerja arsitektural rumah dua lantai (berwarna kuning)
Tulangan kolom dibuat berkait dengan sloof tulangan ini memiliki besi utama (yang tegak) dan besi begel (yang kotak-kotak untuk mengikat besi utama. Jarak antar begel/ sengkang berkisar antara 10 hingga 20 cm.

Gambar tulangan kolom, sedang dikerjakan bersama pembuatan dinding.
Pekerjaan kolom yang sudah jadi. 
Load of a building starting from the roof. Load of the roof will continue to burden the receiving column. All Received load is distributed to the column beneath the ground surface. In conclusion, a building will be safe from damage when size and types of foundations are in accordance with the calculation of load distribution. However, soil conditions must really be able to accept the burden of the foundation. Column load will be forwarded to the foundation, that is why it must also be a strong foundation, especially for construction of multi storey house, the soil depth should be checked to the hard ground so that when an earthquake happens it will not easily collapse.

Picture: picture of the structure using reinforced concrete columns. Basically a framework that sustains the burden of the whole building.

Structure in columns are made of steel and concrete. Both are a combination of materials that resist the pull and pressure forces. Iron is a pull-resistant material, while the concrete is pressure-resistant material. Combination of these two materials in concrete structure allows columns or other structural parts such as beams or sloof can handle pressure and hold the load of the building.

Location of the columns in the construction

Portal Columns should be made continuously from the lower floor to upper floor, which means that the location of the portal columns should not be shifted on each floor, as this will eliminate the stiffness properties of the portal framework structure. So in the plan, it must be avoided that the column is not at the same portal location to every layer of the floor. The size of the column can be getting smaller, according to the load they support, too. Change of column dimension must be done on the floor layers, so that in a column row has the same stiffness.


Hubungan kolom dengan pondasi dinding
berat atap diterima secara merata oleh ring balok dan beban disalurkan ke pondasi melalui media kolom. Selain menerima limpahan beban dari kolom, pondasi juga menahan berat dinding yang ada diatasnya sehingga secara keseluruhan menahan beban bangunan.

Gambar sketsa hubungan kolom dan sloof (tidak terskala)
sketsa oleh Probo Hindarto

Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi
Balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian  pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh  ditambah tebalnya.

Relation with the foundation

weight of the roof to be divided equally between the ring beams and the load transmitted to foundation through the media columns. Besides receiving the load from the column, the foundation also support the weight above the existing wall so that it also support the overall weight of the building.

(Sketch drawing of sloof relation with columns (unscaled)
Sketches by Probo Hindarto)

Force forwarding principle on the foundation column

A portal beam assemble columns into a single unit. The block receives the entire burden of the floor plate and continue to support columns. Relations of beams and columns are pin-pin, a support system that can hold the moment forces, vertical force and horizontal forces. To increase the beam stiffness, at the base at a meeting with the column, allowed to add thickness.
____________________

Baca lebih lengkap: astudioarchitect.com: Kolom dalam konstruksi rumah tinggal sederhana http://astudioarchitect.com/2009/03/kolom-dalam-konstruksi-rumah-tinggal.html#ixzz1Mi0kyvUO

Manusianya

Manusianya
Yang Ampun Blog